Pendidikan Di Indonesia Sekarang Sistem Pendidikan Indonesia Masa Depan - Seperti apakah wajah dunia pendidikan Indonesia saat ini dan bagaimana arah Pendidikan Di Indonesia
yang akan datang. Pemerintah Republik Indonesia rencananya akan
mengalokasikan dana sebesar 20% anggaran di APBN untuk tahun 2012 yang
akan datang untuk dunia pendidikan yang ada di Indonesia. Apakah dengan
dana anggaran tersebut akan membuahkan hasil yang baik buat mutu
pendidikan indonesia di masa mendatang..
Jakarta, NU Online : Pemerintah berencana mengalokasikan 20% anggaran di APBN tahun 2012 mendatang untuk dunia pendidikan. Namun di mata Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj, hal tersebut tak akan banyak membuahkan hasil positif, mengingat sistem Ilmu Pendidikan yang dianggap tak ideal.
Sistem Pendidikan Indonesia
saat ini masih dikelola secara terpisah. Pendidikan umum di bawah
arahan Kementerian Pendidikan Nasional, sementara pendidikan berlatar
belakang agama tumbuh dikelola oleh Kementerian Agama.
“Sistem pendidikan
kita ini tidak ideal. Kalau tetap dibiarkan itu akan sangat berbahaya,”
seru Kang Said, demikian Kiai Said biasa disapa, saat ditemui NU Online
di Kantor PBNU, Senin, 22 Agustus 2011. Pernyataan yang sama juga
sempat disampaikan Kang Said saat menjadi pembicaradi kampus Universitas
Lampung (Unila), pertengahan pekan lalu.
Menurut Kang Said, terjadinya
dualisme pengelolaan pendidikan akan menjadikanoutput anak didik yang
memiliki pola fikir berbeda. Anak didik yang yang mengenyam pendidikan
umum dimungkinkan kurang memahami ajaran agama, apabila tak
mempelajarinya di tempat terpisah. Sementara anak didik yang bersekolah
di sekolahan berlatar belakang agama, hampir dapat dipastikan minim
penguasaan pendidikan umum.
“Saya katakan tadi, itu kalau
dibiarkan akan sangat berbahaya. Padahal standar minimal orang Islam,
dimanapun dia dulunya bersekolah adalah mengenal sirah nabawiyyah
(sejarah-sejarah nabi), bica baca tulis Al Quran dan Hadist. Tapi
kenyataan yang ada saat ini, anak-anak keluaran ITB kalau tidak mau
belajar mengaji sendiri, dia akan sangat kesulitan memahami agamanya
sendiri,” beber Kang Said tegas.
Sebagai masukan Kang Said
mencontohkan sistem pendidikan yang diterapkan di negara-negara Timur
Tengah, dimana pengelolaannya dilakukan secara terpadu. Di hampir semua
sekolah yang memiliki latar belakang agama, mata pelajaran umum tetap
diajarkan.
Untuk di Indonesia, Kang Said
juga mengatakan, Kementerian Pendidikan Nasional saat ini sebenarnya
sudah mulai menyisipkan pendidikan umum di sekolah berlatar belakang
agama, semisal dibukanya sekolah kejuruan di pondok pesantren. Meski
demikian itu dianggap belum menjadi solusi utama, mengingat penerapannya
yang belum secara luas.
“Bisa dikatakan itu solusi
jangka pendek. Harus diusahakan lagi solusi jangka panjangnya, bagaimana
pendidikan bisa dijalankan dengan baik, dengan output anak didik yang
tetap berkualitas,” pungkas Kang Said.
PENDIDIKAN FAKTOR PENENTU GENERASI MASA DEPAN INDONESIA
Kondisi pendidikan di Indonesia yang memprihatinkan.
Indonesia
merupakan negara yang terdiri dari 5 pulau besar dan ribuan pulau
kecil, dikaruniai sumber daya alam yang melimpah baik perairan,
pertanian, hutan dan berbagai kekayaan alam lainnya. Walaupun begitu,
terbersit pertanyaan, mengapa dengan kekayaan alam yang melimpah
tersebut, masih begitu banyak rakyat Indonesia yang masih berada di
bawah garis kemiskinan ? apakah kekayaan alam tersebut tidak mampu
dikelola oleh masyarakat Indonesia atau adanya keserakahan oleh
sekelompok manusia yang tidak peduli dengan keadaan saudara sebangsa
setanah air sehingga mereka hanya memikirkan diri pribadi sendiri.
Jika kita tarik ujung benangnya,
maka dapat diambil faktor utama dari semua ini yaitu pendidikan. Jika
masyarakat tidak mampu mengelola hasil kekayaan alam, berarti kemampuan
managemen dan pengelolaannya berkurang. Berhubungan dengan pendidikan
manajemen. Jika masyarakat tidak peduli dengan saudara sebangsa, berarti
mereka kurang akan toleransi dan kepeduliaan terhadap sesama.
Berhubungan lagi dengan pendidikan mengenai toleransi, budi pekerti dan
kepedulian antar sesama.
Oleh karena itu, pendidikan
merupakan faktor utama yang sangat penting yang menentukan kemajuan
suatu bangsa. Tetapi fakta di lapangan saat ini, tidak semua elemen
masyarakat Indonesia mampu menikmati dunia pendidikan seutuhnya baik
karena kendala ekonomi maupun masalah teknis lainnya yang menyebabkan
hanya sebagian orang yang mampu menikmati itu semua.
Dilihat dari kondisi pendidikan
di Indonesia, saat ini terjadi diskriminasi yang menyebabkan tidak semua
warga masyarakat Indonesia dapat menikmati pendidikan seutuhnya.
Sebagai contoh, sekarang ini banyak bertebaran sekolah dengan jenis SBI (
Sekolah Bertaraf Internasional ), Sekolah Bertaraf Nasional dan
lain-lain. Biaya yang dibutuhkan untuk proses masuknya pun semakin mahal
seiring dengan jenisnya seperti SBI mematok uang masuk sekitar beberapa
juta. Mungkin didirikannya sekolah bertaraf nasional atau internasional
mempunyai tujuan yang baik, agar pendidikan di Indonesia mampu bersaing
secara global.
Secara fasilitas, kelas bertaraf
internasional pasti lebih baik dibandingkan dengan kelas yang reguler.
Pendirian sekolah ini secara tidak langsung menimbulkan diskriminasi
pendidikan di dalam negeri ini. Sistem yang seperti ini membuat hanya
orang-orang yang ekonomi menengah dan menengah ke atas yang dapat
menikmati pendidikan dengan fasilitas yang lebih baik. Sedangkan
masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah, hanya mampu mengenyam
pendidikan dengan fasilitas seadanya bahkan terkadang tidak sama sekali.
Selain dari sistem perekrutan
siswanya, sistem pendidikan di Indonesia lebih memprioritaskan nilai
atau angka dari hasil ujian. Siswa dengan nilai terendah akan dibilang
bodoh dan siswa dengan nilai tertinggi akan dianggap murid yang pintar.
Padahal dalam prosesnya belum tentu siswa yang meraih nilai tertinggi
tersebut dalam proses mengerjakannya dilakukan sendiri, bisa juga dia
mencontek dari hasil pekerjaan teman lainnya. Sistem ini lebih
mementingkan hasil akhir ketimbang keberjalanan proses yang dilalui
untuk mencapai hasil tersebut. Alhasil, sistem pendidikan ini akan
berdampak negatif ketika generasi tersebut beranjak dewasa.
Kita banyak melihat di berita tv
atau koran, banyak pejabat pemerintah yang tertangkap korupsi oleh KPK,
menyuap jaksa dan berita negatif lainnya. Kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa mereka berusaha untuk mendapatkan kekayaan
sebanyak-banyak walaupun menggunakan cara yang haram. Mereka lebih
berpikir mendapat hasil yang banyak tanpa memikirkan untuk mencapai
hasil tersebut dengan proses yang baik atau buruk. Sebagai contoh yang
lain mengenai kasus Ujian Nasional yang beberapa waktu yang lalu menuai
protes karena terjadi berbagai tindak kecurangan di beberapa sekolah.
Kecurangan tersebut disebabkan karena sekolah menginginkan para siswa
semuanya lulus ujian nasional walaupun dengan cara yang tidak etis
sekalipun.
Satu lagi yang ingin saya bahas
mengenai kondisi pendidikan di indonesia yang kurang yaitu masalah
minimnya pendidikan mengenai budipekerti dan karakter. Pendidikan di
Indonesia untuk wajib 9 tahun lebih sering menfokuskan pada intelektual
saja, pelajaran science dan hafalan sehingga ujungnya dari pendidikan
tersebut adalah nilai atau angka bukan praktek yang mungkin di masa
depan akan menjadi modal mereka untuk membangun bangsa ini. Kalau
menurut saya, pendidikan 9 tahun awal lebih baik difokuskan terhadap
budi pekerti dan pembentukan karakter karena waktu ini merupakan saatnya
para murid sedang mengalami pertumbuhan baik secara kejiwaan,
kepribadian dan mental.
Jika dari kecilnya hanya
difokuskan secara intelektual saja, secara mental, budi pekerti tidak
dibina, di masa depan mereka akan jadi politisi maupun pemegang jabatan
yang secara otak pintar tetapi secara karakter dan akhlak sangat rendah.
Karena mereka hanya berpikir untuk kepentingan diri sendirinya saja,
tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Dari penjelasan di atas, saya
ingin mengambil 3 poin kesimpulan tentang kondisi pendidikan di
Indonesia yang memprihatinkan diantaranya :
*Terjadinya diskriminasi pendidikan terhadap masyarakat Indonesia
*Pendidikan di Indonesia lebih fokus terhadap nilai atau angka. Hasil lebih dipentingkan daripada proses yang dijalani .
*Pendidikan awal 9 tahun lebih fokus terhadap intelektual, untuk pendidikan budipekerti, karakter dan mental sangat kurang.
Solusi Penyelesaian
Setiap
permasalahan tentu ada solusi cara untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Begitupun dengan masalah pendidikan yang ada di Indonesia saat
ini. Di atas tadi sudah diuraikan mengenai penyebab kondisi pendidikan
yang memprihatinkan. Sehingga solusi yang saya ajukan pun akan mencakup
penyelesaian permasalahan di atas tersebut, yaitu :
1.Pemerataan Pendidikan di setiap daerah.
Maksudnya
di sini adalah pemerintah membuat sistem pendidikan yang semua
masyarakat Indonesia mampu mendapatkannya dengan porsi yang sama.
Standar sekolahnya tidak ada yang dibedakan, entah itu SBI, SBN atau
yang lain sehingga tidak terjadi diskriminasi pendidikan. Tidak boleh
terjadi rumor bahwa sekolah yang bagus hanya untuk orang-orang yang
menengah ke atas sedangkan sekolah yang biasa-biasa saja hanya untuk
orang-orang yang menengah ke bawah. Dengan adanya pemerataan pendidikan
di setiap daerah, akan diharapkan seluruh anak di seluruh di Indonesia
mampu mengenyam pendidikan.
2.Menyeimbangkan pendidikan intelektual, budi pekerti , dan karakter.
Pendidikan
yang mengandalkan intelektual saja, tidak menjamin bisa membawa
Indonesia menjadi negara yang lebih baik jika tidak diimbangi dengan
akhlak, kepribadian dan karakter yang baik. Kita bisa melihat banyak
politisi maupun anggota DPR di negeri ini lulusan perguruan tinggi
terbaik baik dalam negeri maupun luar negeri. Tak bisa dipungkiri secara
intelektual, mereka mempunyai otak yang cerdas.
Tetapi kita lihat bahwa mereka
sangat sedikit membawa perubahan untuk negeri ini bahkan tidak ada
perubahan sama sekali dan tidak sedikit dari mereka melakukan perbuatan
yang malah merugikan negaranya sendiri seperti melakukan korupsi. Oleh
karena itu, perlunya pendidikan karakter dan budipekerti untuk
menyeimbangi pendidikan intelektual supaya jika saatnya nanti diberi
amanah untuk memimpin negeri, para generasi mampu mempunyai karakter
yang baik sehingga mampu menyelesaikan permasalahan di Indonesia tanpa
merugikan rakyatnya.
3.Menghargai proses dan hasil pendidikan
Untuk
mengetahui sejauh mana pendidikan tersebut berhasil atau tidak, perlu
adanya pengujian terhadap para murid dan kemudian keluar hasil dari
pengujian tersebut. Terkadang hasil pengujian ini menjadi tolok ukur
satu-satunya untuk menilai hasil belajar dari para murid. Sehingga
keberjalanan proses pendidikan tidak menjadi pertimbangan dalam
penilaian pendidikan tersebut. Akibatnya para murid secara tidak
langsung tertanam dalam pikirannya bahwa hasil lebih penting daripada
proses mencapai hasil tersebut.
Dampak buruknya , para murid
lebih mementingkan mendapat hasil yang baik walaupun mendapatkan hasil
tersebut melalui proses yang baik atau buruk. Sebagai contoh
permasalahan Ujian Nasional beberapa waktu lalu, banyak kecurangan yang
terjadi di berbagai sekolah di tiap daerah. Kecurangan tersebut terjadi
karena adanya kekhawatiran dari beberapa sekolah jika ada muridnya
mendapatkan hasil yang tidak diharapkan seperti tidak lulus karena nilai
ujian di bawah standar. Oleh karena itu, ada oknum guru atau pegawai
sekolah yang membocorkan jawaban ujian atau membagi-bagi jawaban saat
ujian berlangsung.
Lalu timbul pertanyaan,
pendidikan inikah yang diajarkan kepada generasi masa depan indonesia
selama 3 tahun untuk SMP/SMA dan 6 tahun untuk SD ? lalu apa makna
proses pendidikan selama 6 tahun di SD dan 3 tahun di SMP/SMA jika
ujung-ujungnya diajarkan untuk berbuat kecurangan? Efek dari pendidikan
ini akan berdampak bagi kehidupan generasi tersebut di masa depan.
KESIMPULAN
Indonesia
merupakan salah satu negara besar tetapi banyak permasalahan yang
terjadi di negeri ini dimulai dari masalah korupsi, kemiskinan,
kekurangan air bersih dan lain-lain. Untuk menyelesaikan permasalahan
yang ada di negeri ini, perlu manusia-manusia Indonesia yang cerdas
berintelektual, berkarakter dan peduli terhadap nasib bangsa ini. Untuk
membentuk manusia yang seperti itu, dibutuhkan pendidikan berkualitas
yang dimulai dari sejak kecil dan pendidikan tersebut harus merata ke
seluruh penjuru tanah air Indonesia, tidak hanya terpusat di satu pulau
atau satu daerah saja, karena setiap warga Indonesia berhak atas
pendidikan yang layak.
Dalam menjalankan misi
pendidikan untuk seluruh warga Indonesia, pemerintah tidak bisa berjalan
sendiri dan menerapkannya satu persatu tiap daerah, perlu adanya
partisipasi dari masyarakat sekitar. Masyarakat dalam konteks ini bisa
menjadi sarana pengawas yang mengawasi keberjalanan proses pendidikan
yang diterapkan oleh pemerintah, sehingga masyarakat mampu melakukan
protes jika sistem pendidikan atau proses pendidikan yang dibuat
pemerintah mengalami penyimpangan.
No comments:
Post a Comment